Thursday, January 21, 2010

~AWALUDDIN MAKRIFATULLAH~

AWALUDDIN MAKRIFATULLAH

Awal-awal agama adalah mengenal Allah." Usaha asas untuk membawa kebesaran Allah kedalam hati kita adalah dengan menyakini Kalimah Laillahaillallah, dan ikut jalan Rasulullah SAW.

Sabda Rasullulah SAW:

"Awal-awal agama adalah mengenal ALLAH".

Ini menunjukkan pentingnya mengenal ALLAH sebagai Tuhan, sehingga perkara pertama yang mesti dikenalkan kepada manusia adalah ALLAH.

Salah satu cara mengenal Allah ialah dengan mengenal diri sendiri. Maksudnya ialah hakikat diri yang sebenarnya. Adapun maksud diri yang sebenarnya itu bukanlah diri yang bersifat lahiriah, kerana jasad ini tidak membawa makna yang sebenar untuk mengenal Allah SWT.

Pada abad moden ini ramai dikalangan kita tidak mengenal dirinya yang sebenar. Mereka menganggap bahawa dirinya hanyalah tubuh badan yang terdiri daripada kulit, daging, tulang, darah dan sebagainya. Yang dimaksudkan diri yang sebenarnya ialah diri batin/roh iaitu diri yang datang dan akan kembali kepada Allah SWT.

Ulama ilmu ketuhanan atau ilmu tauhid berpegang bahawa diri kita ini merupakan tangga untuk mengenal Allah, sesuai dengan dalil yang mengatakan "Siapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya ia akan mengenal Tuhan-nya". Dikalangan ulama tasauf atau ulama ilmu ketuhanan selalu menasihatkan carilah diri kamu di dalam diri", maksudnya ialah menyuruh agar kita mencari hakikat diri kita yang sebenarnya terlebih dahulu. Apabila kita telah menemukan diri kita yang sebenarnya pasti kita akan mengakui hakikat adanya Allah SWT.

Mengajak manusia untuk mengenal ALLAH tidak sama dengan mengajak untuk percaya kepada ALLAH. Hari ini pun jika kita tanya setiap orang tentang adanya ALLAH pasti percaya akan adanya ALLAH. Tetapi dalam kenyataannya seolah-olah ALLAH sudah tidak ada dalam kehidupannya.
Pada perasaan terkesan ada atau tidaknya ALLAH sama saja. Manusia sudah tidak mengkaitkan setiap kejadian dengan ALLAH, hanya dikaitkan dengan sebab-sebab lahirnya saja. Banjir, gempa bumi dan bermacam-macam bencana alam yang lain dianggap sebagai bencana alam biasa, tidak dikaitkan oleh peringatan dan hukuman ALLAH bagi hamba-hambaNya yang sudah lalai denganNya.

Tetapi apabila manusia telah mengenal ALLAH barulah jiwanya hidup. ALLAH Maha Berkuasa, Menghidupkan dan Mematikan, Maha Mendengar dan Melihat, Penjaga dan Pelindung, yang mewujudkan apa saja di dunia ataupun di akhirat. Tidak ada sebutir debu pun yang wujud tanpa sepengetahuan ALLAH. ALLAH lah yang menciptaan langit dan bumi seisinya, yang menciptakan manusia, hewan, tumbuhan dan lain-lainnya.

Tidak takut dan cintakah kita dengan ALLAH?... Padahal baru beberapa sifat saja yang kita lihat. Jika manusia telah merasakan nikmat yang diberikan ALLAH dan kehebatanNya, barulah timbul rasa cinta dan takut kepada ALLAH. Jika melakukan perbuatan, meskipun sekecil apapun, dia akan bertanya-tanya dalam hatinya apakah ALLAH suka atau tidak dengan perbuatanku ini. Inilah obat yang paling mujarab, obat utama untuk manusia terhadap penyakit-penyakitnya di dunia yang sementara ini.

Bila rasa cinta kepada ALLAH telah timbul dan tertanam dalam hati seseorang, maka dia akan menyayangi seluruh milik ALLAH, baik itu manusia, tumbuhan, hewan, dan seluruh makhluk serta isi bumi baik yang terlihat mata ataupun tidak. Bila manusia telah takut dengan ALLAH maka manusia tidak akan melakukan hal-hal yang negatif, sehingga sebenarnya tidak lagi diperlukan suatu undang-undang atau peraturan untuk mengatur manusia yang dibuat manusia sendiri, kerana pada hakikatnya manusia tidak berani melakukan hal-hal negatif dan akan berkasih sayang dengan setiap apapun ciptaan ALLAH jika manusia telah cinta dan takutkan ALLAH, Tuhan semesta alam.

Setiap manusia perlu memperjuangkan ALLAH, agar orang kenal ALLAH. Sehingga akan timbul kehidupan manusia yang damai dan sejahtera sesuai fitrah manusia. Pada kenyataannya pada hari ini sebagian umat Islam jika akan memperjuangkan Islam, diperjuangkannya dulu syariatnya. Bukan memperjuangkan ALLAH dulu supaya kenal dengan ALLAH. Padahal yang mempunyai syariat adalah ALLAH dan Allah lah yang sepatutnya diperkenalkan dan diperjuangkan terlebih dulu.

Rasullulah SAW berjuang selama 13 tahun untuk menanamkan iman dan tauhid. ALLAH diperkenalkan dulu, sehingga mereka kenal ALLAH dan timbul rasa cinta dan takut dengan ALLAH. Bila mengenalkan syariat dulu orang akan menerima Islam tidak dengan suka rela tetapi dengan terpaksa, sebab telah diikat oleh halal dan haram.

Sebagai contoh seorang anak disuruh begitu saja untuk menyiram tanaman bunga, dia tidak diceritakan dulu bahwa bunga itu adalah milik ibunya yang melahirkannya, mengasihinya memeliharanya dari kecil. Kemungkinan anak itu akan melakukan kerja itu dengan terpaksa. Tetapi apabila anak itu tahu bahwa bunga itu adalah milik ibunya yang telah melahirkannya dan memeliharanya tentulah anak itu akan merasa sangat nikmat untuk berkhidmat kepada ibunya, dan rela melakukan apa saja demi ibunya.

Begitu juga dengan ugama kita, sebelum dikenalkan kepada syariatnya maka perkara pertama yang harus diperkenalkan dulu adalah dengan yang mempunyai syariat. Bukan hanya sekedar hafal, tahu sifat-sifatnya tapi mengenal ALLAH dengan hati sehingga di hayati. Maka akan timbul rasa cinta dan takut dan ingin berkhidmat kepadaNya. Beribadah kepada ALLAH melalui pelbagai ibadah dan berkhidmat kepada masyarakat akan terasa indah dan nikmat, sebab atas dasar cinta dan takut dengan ALLAH.

Mengenal ALLAH sebagai Tuhan, itulah rahmat paling besar. Itulah obat bagi penyakit-penyakit manusia di dunia ini. Apabila seseorang tidak mengenal Allah, segala amal baiknya tidak akan sampai kepada Allah SWT. Sedangkan, segala perintah suruh yang kita buat, baik yang berbentuk fardhu maupun sunat, dan segala perintah larangan yang kita jauhi, baik yang berbentuk haram ataupun makruh, merupakan persembahan yang hendak kita berikan kepada Allah SWT.

Kalau kita tidak kenal ALLAH SWT, maka segala persembahan itu tidak akan sampai kepadaNya. Ini berarti, sia-sialah segala amalan yang kita perbuat. Bila seseorang itu sudah kenal ALLAH SWT, barulah apabila ia berpuasa, puasanya akan sampai kepada ALLAH SWT. Apabila ia shalat, maka shalatnya akan sampai kepada ALLAH SWT. Apabila dia berzakat, zakatnya akan sampai kepada-Nya. Apabila dia menunaikan ibadah haji, maka hajinya akan sampai kepada ALLAH SWT. Apabila dia berjuang, berjihad, bersedekah dan berkorban, serta membuat segala amal bakti, semuanya akan sampai kepada-Nya.

Oleh itu makrifatullah (mengenal Allah) itu sangat penting bagi kita. Jika kita tidak kenal Allah, kita bimbang segala amal ibadah kita tidak akan sampai kepada-Nya, ia menjadi sia-sia belaka.

Boleh jadi kita hanya akan tertipu syaitan saja. Kita menyangka amalan yang kita perbuat sudah kita persembahkan pada Allah SWT, padahal itu adalah perangkap syaitan. Inilah akibatnya jika tidak mengenal Allah SWT, sehingga kita tidak mampu membedakan ILAH (Allah SWT) atau syaitan yang menipu daya.

Sebab itu mengenal Allah SWT itu hukumnya fardhu a'in bagi tiap-tiap mukmin. Mengenal Allah dapat kita lakukan dengan cara memahami sifat sifat-Nya. Kita tidak akan mengenal Allah melalui zat-Nya karena membayangkan zat Allah itu adalah suatu perkara yang sudah diluar batas kesanggupan akal kita sebagai makhluk Allah SWT. Kita hanya dapat mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya. Untuk mengenal Allah itu, kita memerlukan dalil aqli dan dalil naqli.

Dalil aqli adalah dalil yang bersumber dari akal (aqli/akal).
Dan dalil naqli adalah dalil yang bersumber dari Al Qur'an dan As-sunnah.

Melalui dalil aqli dan dalil naqli ini sajalah kita dapat mengenal Allah SWT. Tanpa dalil-dalil, kita tidak dapat mengetahui sifat-sifat Allah SWT, dan kalau kita tidak mengetahui sifat-sifat Allah SWT, berarti kitapun tidak mengenal Allah SWT.

SIFAT SIFAT ALLAH

sifat-sifat wajib
sifat kesempurnaan yang pasti dimiliki Allah SWT, jumlahnya ada 20.
Sifat-sifat mustahil
sifat-sifat yang mustahil yang dimiliki Allah SWT, jumlahnya juga ada 20.
Sifat Jaiz/mubah
sifat-sifat bagi Allah SWT, jumlahnya hanya satu, iaitu ALLAH SWT berkehendak sesuatu atau tidak berkehendak.

Rasulullah SAW berjuang selama tiga belas tahun di Makkah. Itulah masa Rasulullah berdakwah dan menghimpun para pengikutnya. mula-mula secara sembunyi-sembunyi dan kemudian secara terang-terangan. Dalam masa tiga belas tahun itu, Rasulullah hanya 'membawa Tuhan' kepada para Sahabat dan memperkenalkan para Sahabat kepada Tuhan. Dalam majelis yang resmi atau tidak resmi, dalam keramaian, apabila sedang berjalan-jalan dengan para Sahabat, bahkan di setiap waktu Rasulullah menceritakan tentang Allah dan hari Akhirat. Tentang kebesaran, kesucian dan kekuasaan-Nya. Tentang kasih sayang dan keampunan-Nya. Tentang kuasa dan iradah-Nya dan tentang segala sifat yang ada pada Tuhan.

Segala sifat-sifat Allah itu sangat-sangat dihayati oleh para Sahabat hingga mereka menjadi amat kenal dengan Tuhan. Bukan sekedar tahu, tetapi sangat kenal. Mereka menjadi orang-orang yang arifbillah. Hati-hati mereka sangat dekat dengan Tuhan, sangat sensitif dan peka dengan Tuhan. Mereka sangat menghayati kebesaran dan keagungan Tuhan.

Akhirnya jadilah para Sahabat orang-orang yang sangat cinta dan takut kepada Tuhan. Dalam hidup mereka, Allah lah yang menjadi perhatian utama. Allah lah yang bertakhta di hati-hati mereka. Banyak di kalangan Sahabat yang menjadi begitu takut dan rindu pada Tuhan dan karenanya hanya Tuhan yang memenuhi fikiran dan perasaan mereka. Perasaan takut dan cinta ini sangat kuat dan mendalam hingga adakalanya hati-hati para Sahabat tidak dapat menanggung bebannya. Ada Sahabat yang langsung mati ketika mengingat kebesaran Allah. Ada yang mati ketika ada orang menyebut nama Allah.

Sementara yang jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri lebih banyak lagi. Bila disebut nama Allah, gementar hati-hati mereka. Namun dengan hati yang begitu tergila-gila dan rindu pada Tuhan, mereka tidak mempunyai jalan atau cara untuk melepaskan perasaan mereka. Mereka tidak ada cara untuk berhubungan atau berinteraksi dengan Tuhan. Maka terpaksa mereka menanggung dan memendam rasa cinta dan rindu itu. Mereka seolah-olah orang yang begitu dahaga tetapi tidak mendapat air untuk diminum. Mereka seperti orang yang sangat kelaparan tetapi tidak ada apa-apa untuk dimakan.

Mereka seperti orang yang sangat merindukan Kekasih Agungnya tetapi tidak dapat bertemu untuk memuji-muji dan meluahkan segala perasaan yang terpendam dan tercetus di hati. Allah biarkan saja mereka jadi begitu. Hanya pada tahun yang kesebelas, baru berlaku peristiwa Isra' Mi'raj.

Akhirnya baru pada tahun kesebelas datang perintah shalat. Itulah satu hadiah yang sangat besar yang Allah kurniakan kepada para Sahabat supaya mereka dapat berinteraksi dan berhubung dengan-Nya. Supaya mereka dapat melepaskan segala perasaan rindu yang selama ini mereka tanggung. Supaya mereka dapat mengadu, berbicara, berbisik-bisik dan meminta-minta kepada Tuhan. Supaya mereka dapat meluahkan segala isi hati mereka dan bermanja-manja dengan Tuhan. Sungguh shalat itu suatu karunia yang amat besar bagi para Sahabat. Ia ibarat air di kala dahaga. Ia ibarat makanan di kala lapar. Ia ibarat pertemuan dengan kekasih yang sangat dirindukan.

Shalat menjadi buah hati Rasulullah dan para Sahabat. Shalat adalah istirahat/relaksasi bagi mereka.

Sabda Rasulullah SAW:
"Shalat adalah penyejuk mataku."

Baginda juga pernah menyuruh Sayidina Bilal r.a. untuk azan dengan berkata :
"Wahai Bilal, berilah istirahat kepada kita semua!"

Demikianlah kedudukan shalat di hati Rasul dan para Sahabat. Tidak heranlah mereka tenggelam di dalam shalat. Mereka 'mi'raj' di dalam shalat. Tidak heran juga, ketika shalat, mereka lupa tentang dunia ini dan segala isinya baik yang berupa nikmat maupun kesusahan. Mereka asyik dan masyuk dengan Tuhan dalam shalat. Sayidina Ali k.w. lantaran khusyuknya di dalam shalat, tidak terasa apa-apa ketika dicabut anak panah dari betisnya. Shalat mereka yang sebeginilah yang telah menjadikan mereka pribadi-pribadi agung. Agung keimanan mereka. Agung keyakinan mereka dan agung akhlak mereka. Allah kurniakan kepada mereka 3/4 dunia dan semua bangsa bernaung di bawah kekuasaan mereka. Mereka membawa kedamaian dan keselamatan. Mereka penuhi dunia ini dengan keadilan dan kebahagiaan. Di sini kita sungguh-sungguh dapat melihat konsep pendidikan Rasulullah, yaitu awaludin ma'rifatullah. Awal-awal agama mengenal Allah.

Para Sahabat dikenalkan kepada Allah hingga mereka menjadi orang-orang yang arifbillah, yaitu orang-orang yang sangat takut, cinta dan rindu kepada Allah dan orang-orang yang mabuk cinta dengan Allah. Dalam keadaan begitulah baru mereka diperintahkan untuk shalat dan menegakkan syariat Allah. Keseluruhan perintah syariat yang beribu-ribu itu diturunkan di Madinah. Ia hanya memakan waktu 10 tahun,
dibanding memperkenalkan Tuhan yang esa itu, yang memakan waktu 13 tahun di Makkah.

Orang-orang yang menegakkan syariat Allah di Madinah itu sebenarnya ialah orang-orang yang sudah teramat takut dan cinta pada Tuhan. Orang-orang yang arifbillah. Hanya orang-orang seperti ini sahaja yang mampu menegakkan syariat Allah. Yang mampu memperjuangkan agama Allah. Yang mampu berkorban ke jalan Allah. Itulah kelemahan umat Islam hari ini. Sekedar tahu tentang Tuhan. Sekedar ada ilmu tentang Tuhan. Sekedar alimbillah. Tuhan masih di akal saja, belum di hati. Belum ada rasa bertuhan.

Orang yang belum kenal Tuhan dan orang yang belum memiliki rasa takut dan cinta pada Tuhan, mereka tidak akan mampu mendirikan shalat dan menegakkan syariat. Kalau pun mereka melakukannya, ia dilakukan secara terpaksa. Melakukan kerja secara terpaksa memang pahit, sakit dan perih. Sulit untuk istiqomah. Kenapa kita tidak membawa Tuhan kepada mereka?.... Kenapa tidak kita perkenalkan Tuhan kepada mereka?....

Jika manusia betul-betul kenal Tuhan, mereka tidak akan dapat mengelak diri dari jatuh cinta dan rindu kepada-Nya. Mereka tidak akan dapat mengelak diri dari mau berbakti kepada-Nya untuk merebut cinta dan kasih sayang-Nya. Bagaimana kita tidak sayang dan tidak jatuh hati kepada Allah yang begitu menjaga, begitu mengawasi dan memenuhi segala keinginan dan keperluan kita. Yang penuh kasih dan belas kasihan kepada kita. Yang menyayangi kita lebih dari ibu kita sendiri. Yang menjaga kita siang dan malam tanpa istirahat dan tanpa tidur. Yang tidak pernah melupakan kita.

Marilah kita kembalikan manusia kepada Tuhan. Marilah kita perkenalkan Tuhan kepada manusia supaya manusia kenal akan Tuhan. Karena awal-awal agama adalah mengenal Tuhan. Selagi kita belum kenal Tuhan, selagi itu kita belum mampu untuk beragama atau untuk menegakkan agama. Mengenal Tuhan itu tidak cukup sekedar tahu tentang Tuhan atau tahu tentang sifat-sifat Tuhan secara ilmunya, tetapi bagaimana merasakannya di hati. Hati mendapat rasa bertuhan, hati merasa Tuhan sentiasa melihat, hati merasa Tuhan itu Maha Mendengar, hati merasakan Tuhan itu berkuasa berbuat apa saja kepada hamba-Nya, hati merasakan Tuhan itu pengasih dan penyayang, yang sentiasa mencurahkan rezeki kepada hamba-Nya.

Setelah hati memiliki rasa bertuhan, hati akan dipenuhi rasa kehambaan, iaitu rasa lemah, rasa berdosa, rasa bergantung harap kepada-Nya. Hati merasa takut dan cinta pada Tuhan sepertimana yang dirasakan oleh para Sahabat yang di didik oleh Rasulullah lebih 1400 tahun yang lalu.

Wallahu'alam....

0 comments: