Wednesday, June 30, 2010

~ Tanggung Jawab Penuntut Ilmu (2): Ikhlas dan Niat yang Baik ~

Oleh: Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz

Dia juga mempunyai tanggung jawab yang lain dari sisi keikhlasan kepada Allah subhanahu wata’ala, pengawasan-Nya terhadap dirinya dan menjadikan tujuannya adalah untuk mendapatkan ridha-Nya, menunaikan kewajiban, melepaskan tanggungan dan memberi manfaat kepada manusia. Juga, dia tidak bertujuan untuk mencari harta dan kehormatan dunia, karena hal tersebut adalah keadaan orang-orang munafiq atau para penjilat dunia yang semisal mereka.
Dia juga tidak bertujuan untuk riya` (dilihat orang) dan sum’ah (didengarkan orang). Namun tujuannya hanyalah memberi manfaat kepada hamba-hamba Allah subhanahu wata’ala, dan tentu yang paling pertama adalah mencari ridha Allah subhanahu wata’ala.

Segala sesuatu yang akan dia ucapkan, fatwakan dan amalkan, hendaknya didasari oleh dalil. Hendaknya dia menghindari tasahul (meremehkan permasalahan), karena seorang penuntut ilmu diikuti oleh umat dalam perbuatan dan amalannya.

Apabila dia adalah seorang pengajar, maka murid-muridnya akan mencontohnya. Apabila dia adalah seorang ahli fatwa, maka manusia akan mengambil fatwa-fatwanya. Begitu pula apabila dia adalah seorang dai. Oleh karena itu, dia harus berhati-hati, terlebih lagi apabila dia adalah seorang hakim maka tanggung jawabnya akan lebih besar.

Sehingga seorang penuntut ilmu wajib untuk mempunyai sikap yang diridhai oleh Rabb-Nya yaitu ikhlas kepada Allah subhanahu wata’ala, jujur dalam mencari ridha-Nya, bersemangat tanpa pernah berputus asa dalam usahanya untuk mengetahui dalil-dalil syar’i dan menelitinya, sehingga dia berdiri di atas dalil.

Dengan demikian, dunia yang ada di depannya akan terasa longgar. Sehingga ketika dia berfatwa, berdakwah kepada Allah subhanahu wata’ala, mengajarkan ilmu kepada manusia, memerintahkan mereka kepada perkara yang baik, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, semuanya dilakukan berlandaskan ilmu. sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan bashiroh.” (Yusuf: 108)

Dan firman-Nya: البَصِيْرَةُ (bashiroh), ditafsirkan oleh para ulama dengan ilmu. (*)

Sumber: (Ada Tanggung Jawab di Pundakmu, Asy Syaikh Ibn Baaz, penerbit Al Husna Jogjakarta)

0 comments: