Thursday, November 4, 2010

Tafakur Ujian Penuh Nikmat

Dalam perjalanan panjang kisah hidup seseorang, pasti akan dipenuhi ujian, baik itu menyenangkan maupun yang kurang menyenangakan. Hidup adalah peralihan dari satu ujian ke ujian berikutnya.

Kesabaran kita diuji di setiap adegan kehidupan. Masalahnya bukan bagaimana ujian yang menimpa kita, tetapi bagaimana kita menghadapinya. Bila ada seseorang yang mengecewakan, mengkhianati, berbuat tidak baik, berkata kasar, pasti akan menyakitkan kita.

Menangislah bila itu melegakanmu sesaat…

Namun selanjutnya bertafakurlah. Kita perlu bertafakur mengapa orang lain sampai menyakiti kita, mengapa suatu musibah menimpa kita.. apa kira-kira hikmah kejadian tersebut untuk kita.

Bila ada seseorang yang menipu kita, kita bisa menjadi sangat membencinya hingga lupa bahwa dia pernah baik.
Padahal…
tafakuri lagi, bagaimana kita menipu Allah dengan amal kita, seberapa banyak kata yang tidak sesuai dengan hati, berapa banyak amal yang tidak ikhlas, berapa kali kita bermaksiat setelah kita bertaubat…
Ingat-ingatlah berapa jumlah orang yang mengkhianati atau menyakiti kita dibandingkan jumlah teman dan saudara yang menyayangi kita..

Bila kita kehilangan harta kita, atau mungkin kehilangan pekerjaan, hingga kita berputus asa dan membenci orang-orang yang mengambil harta kita….
Padahal…

tafakuri lagi, berapa banyak rezeki dari Allah dibandingkan yang diambil oleh orang lain itu, Bagaimana bila rezeki indra kita dapat melihat dan mendengar dengan baik sepanjang hidup hingga hari, dibandingkan harta yang hilang itu. Tafakuri bila kita justru jauh dari Allah karena pekerjaan kita, sholat menjadi tidak tepat waktu karena takut atasan, sholat sulit khusyuk, jumlah bacaan Quran kita berkurang karena kelelahan, jumlah rokaat sholat malam berkurang karena ngantuk..

Tafakuri bila selama ini harta kita atau sedikit kelebihan rezeki kita menjadikan kita sombong, ujub dan takabur, ada selintas perasaan meremehkan orang lain.. tafakuri bila wajah yang tampan memandang hina orang yang dikaruniai wajah berbeda dengannya, bila dari wajah yang cantik justru dalam hati merendahkan orang yang tidak cantik. Apakah ketampanan itu yang dinilai Allah atau ketakwaan?

Bertafakur dan menghitung berapa banyak dari harta tersebut yang kita belanjakan untuk Allah, berapa banyak yang kita infakkan dibanding yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau bahkan hanya keinginan duniawi.. salahkah bila Allah ingin memintanya lagi?

Tafakuri lagi bahwa justru disaat kita kehilangan harta, disakiti orang, kita menjadi lebih nikmat beribadah. Hati diberi nikmat untuk merasakan tawakal yang sebenar-benarnya. Tafakuri lagi bahwa kita menjadi tahu siapa kawan-kawan sejati kita. Tafakuri lagi teman…
Tafakuri bahwa mereka yang menyakiti kita ada dalam kekuasaan Allah, rezeki kita ada dalam kekuasaan Allah. Dan semua yang menimpa kita adalah seizin Allah…
Mudah bagi Allah menjadikan sesuatu dan mengubahnya kembali


Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku".(QS. Al Fajr-15-16)

Bukankah disaat kita terjatuh, kehilangan dan mendapat musibah kita justru mendapat nikmat kedekatan dengan Allah yang Maha Memberi ketenangan, lebih dekat pada yang Memberi rezeki. Inikah yang lebih baik atau saat-saat dunia justru terasa sempit padahal harta dan kekuasaan ada ditangan? Saat semua orang dengan topengnya masing-masing berlaku baik pada kita atau saat Allah tunjukan siapa yang hatinya benar-benar tulus pada kita?

Mengapa kita hanya bergembira dalam, nikmat yang penuh ujian,
tetapi sulit merasakan dan mensyukuri ujian yang penuh nikmat?

Tafakuri dengan hati yang terdalam…. Bahwa yang dinilai pada diri kita di hadapan Allah adalah:
bagaimana sikap kita pada mereka, bukan sikap dia atau mereka pada kita.
Bagaimana keridhaan kita pada takdir Allah, hingga akhirnya Allah meridhai doa kita.
Bagaimana bukti kesabaran dan kecintaan kita padaNya.

Seberapapun ujian dari Allah, sungguh lebih banyak nikmat dari Allah..

Maka nikmat dari Tuhanmu manakah yang dapat kamu dustakan…..

Berilah waktu untuk hatimu menafakuri kehidupan..

Ya Rabb, bukalah hati-hati kami untuk dapat mengetahui hikmah dibalik setiap kejadian kehidupan ini..amiin.

0 comments: